top of page

Mini Dragon Group (ages 6-7)

Public·43 members
Abdelhamid Charef
Abdelhamid Charef

Naskah Drama Tentang Cerita Nyi Roro Kidul Untuk 6 Orang


Naskah Drama Tentang Cerita Nyi Roro Kidul Untuk 6 Orang




Naskah drama ini merupakan adaptasi dari legenda Nyi Roro Kidul, yang dikenal sebagai ratu laut selatan di Jawa. Nyi Roro Kidul adalah sosok yang dipercaya memiliki kekuatan magis dan hubungan dengan para raja Jawa. Cerita ini mengisahkan tentang asal-usul Nyi Roro Kidul, yang dulunya adalah seorang putri kerajaan yang bernama Kadita.




naskah drama tentang cerita nyi roro kidul untuk 6 orang



Naskah drama ini dibagi menjadi tiga babak, yaitu:



  • Babak pertama: Kadita menjadi korban fitnah dan dikutuk oleh ayahnya.



  • Babak kedua: Kadita melarikan diri ke laut dan bertemu dengan Dewa Baruna.



  • Babak ketiga: Kadita menjadi Nyi Roro Kidul dan menjalin hubungan dengan Prabu Siliwangi.




Naskah drama ini ditulis untuk enam orang pemain, yaitu:



  • Kadita/Nyi Roro Kidul: tokoh utama, putri kerajaan yang menjadi ratu laut selatan.



  • Prabu Munding Wangi: ayah Kadita, raja Pajajaran yang tega mengutuk putrinya.



  • Permaisuri: ibu tiri Kadita, yang iri dan dengki pada Kadita.



  • Dewa Baruna: dewa laut, yang menolong dan menikahi Kadita.



  • Prabu Siliwangi: raja Pajajaran yang berikutnya, yang jatuh cinta pada Nyi Roro Kidul.



  • Pembawa Acara: narator yang memandu jalannya cerita.





Babak Pertama




Latar: Istana Pajajaran. Suasana ramai dan meriah karena hari ulang tahun Prabu Munding Wangi. Para tamu undangan, abdi dalem, dan pengawal berada di ruang utama. Prabu Munding Wangi duduk di singgasana, di sampingnya ada Permaisuri. Di depannya ada Kadita, yang membawa kue ulang tahun.


Pembawa Acara: Selamat datang di naskah drama tentang cerita Nyi Roro Kidul untuk enam orang. Cerita ini dimulai dari hari ulang tahun Prabu Munding Wangi, raja Pajajaran yang memiliki seorang putri cantik bernama Kadita. Kadita adalah putri dari istri pertama Prabu Munding Wangi, yang sudah meninggal. Prabu Munding Wangi kemudian menikah lagi dengan seorang perempuan, yang menjadi ibu tiri Kadita. Permaisuri sangat iri dan dengki pada Kadita, karena dia ingin anaknya sendiri yang menjadi pewaris tahta. Permaisuri pun merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan Kadita di hadapan ayahnya.


Kadita: (sambil membawa kue) Ayahanda, selamat ulang tahun. Semoga panjang umur dan sehat selalu. Ini kado dari putri untuk ayahanda. (menyodorkan kue)


Prabu Munding Wangi: (tersenyum) Terima kasih, putriku. Kau memang anak yang baik dan sayang pada ayahmu. Aku sangat bangga padamu. (menerima kue)


Permaisuri: (berbisik) Hmph, sok manis saja dia. Tunggu saja nanti, aku akan membuatnya menyesal. (membuat isyarat kepada seseorang di antara tamu undangan)


Tamu Undangan: (mendekati Prabu Munding Wangi) Ampun, paduka. Saya ingin memberikan ucapan selamat kepada paduka. Saya juga ingin memberitahu sesuatu yang penting.


Prabu Munding Wangi: Silakan, tamu yang terhormat. Apa yang ingin anda sampaikan?


Tamu Undangan: Paduka, saya mendengar ada kabar buruk tentang putri Kadita. Katanya, dia bukan anak kandung paduka, melainkan anak hasil perselingkuhan sang permaisuri yang pertama dengan seorang pria asing. Bahkan, dia bukan manusia biasa, melainkan setengah siluman. Itulah mengapa dia memiliki kecantikan yang luar biasa.


Prabu Munding Wangi: (terkejut dan marah) Apa? Apa yang kau katakan? Itu tidak mungkin! Siapa yang menyebarkan fitnah ini? (menatap Permaisuri) Apakah kau tahu sesuatu tentang ini?


Permaisuri: (berpura-pura kaget) Astaga, saya tidak tahu menahu, paduka. Saya juga baru mendengar kabar ini. Tapi, jika itu benar, maka itu sangat memalukan bagi kerajaan kita. Bagaimana bisa kita membiarkan seorang siluman menjadi pewaris tahta?


Kadita: (menangis) Ayahanda, jangan percaya pada omongan orang. Itu semua tidak benar. Saya adalah anak kandung ayahanda. Saya tidak pernah berbuat salah kepada ayahanda. Saya mencintai ayahanda. (berlutut di depan Prabu Munding Wangi)


Prabu Munding Wangi: (mendorong Kadita) Jangan menyentuhku! Kau bukan anakku! Kau adalah anak haram! Kau adalah siluman! Aku mengutukmu! Pergilah dari sini! Pergilah dari kerajaanku! Jangan pernah kembali lagi! (mengusir Kadita)


Kadita: (terpental dan terluka) Ayahanda... (menatap Prabu Munding Wangi dengan sedih dan kecewa)


Pembawa Acara: Demikianlah babak pertama dari naskah drama ini. Bagaimana nasib Kadita selanjutnya? Apakah dia akan menemukan kebahagiaan di tempat lain? Mari kita saksikan di babak kedua.


About

Welcome to the group! You can connect with other members, ge...

Members

bottom of page